Banda Aceh - ZSAN,…
Baru saja Yayasan HAKA merilis data laju Deforestasi di Provinsi
Aceh yang relatif menurun, dari 21.000 Ha di tahun 2016 menjadi 17.333 Ha per
tahun pada tahun 2017. Data ini diperoleh dengan menggunakan citra satelit dan
kroscek yang dilakukan di lapangan.
Saat ini teknologi pemantauan hutan semakin canggih. Kehilangan
tutupan pohon kini dapat diketahuI dalam waktu yang lebih cepat. Semua orang
kini dapat memantau hutan lebih mudah dengan mengakses data peringatan
kehilangan tutupan hutan secara cepat dan dimana saja.
Untuk membekali sumberdaya mananusia di stakeholder pemangku
kepentingan pengawasan hutan di Provinsi Aceh, beberapa waktu yang lalu HAkA
bersama WRI (World Resource Institute) Indonesia mengadakan
pelatihan Global Forest Watch (GFW) dan aplikasi Forest
Watcher untuk sektor pemerintah bidang kehutanan di Hotel Harmoni
Langsa pada tanggal 23-25 Januari 2018.
Peserta yang terlibat dalam pelatihan tersebut yaitu dari KPH
(Kesatuan Pengelolaan Hutan) II, KPH III, KPH V, Balai Konservasi Sumber Daya
Alam (BKSDA) Aceh, dan Balai Besar Taman Nasional Gunung Leuser (BBTNGL).
GFW dan Forest Watcher sendiri merupakan suatu aplikasi berbasis
web dan smartphone yang memungkinkan pengguna untuk mengetahui hilangnya
tutupan pohon dengan cepat. Pelatihan ini ditujukan agar pengelola kawasan
hutan dapat mengetahui dan memanfaatkan data kehilangan tutupan pohon terkini
yang tersedia gratis untuk membantu mereka dalam memantau deforestasi di
tingkat tapak, jelas Hidayah Hamzah dari WRI Indonesia.
Ummi Purnamasari dari WRI Indonesia menjelaskan bahwa GFW
mempunyai sebuah data bernama peringatan GLAD yang memungkinkan estimasi
kehilangan pohon pada kawasan hutan. GLAD dengan kepanjangan Global
Land Analysis and Discovery merupakan sebuah sensor berbasis satelit
Landsat 7 dan Landsat 8 yang dapat mendeteksi kehilangan pohon setiap 8 hari
sekali.
“ Akurasi dari sensor ini
mencapai 30 x 30 meter. Dengan sistem Near Real Time (NRT),
peringatan GLAD dapat mencapai ke pengguna seketika, hampir bersamaan dengan
kehilangan tutupan pohon yang terdeteksi “.
Lalu bagaimana peringatan GLAD membantu pengguna untuk melihat
kehilangan tutupan pohon di lapangan? Forest Watcher merupakan
jawabannya, terang Agung Dwinurcahya dari HAkA melalui siaran pers yang
dikirimkan ke redaksi.
Peringatan GLAD yang ada di GFW juga tersedia di aplikasi
berbasis seluler ini, dan fungsi dari aplikasi ini yaitu untuk membantu
navigasi patroli hutan yang dapat digunakan tanpa membutuhkan sambungan
internet (offline). Pengguna dapat memeriksa wilayah-wilayah yang
terdeteksi peringatan GLAD, dan mengecek apakah kehilangan pohon benar-benar
terjadi atau tidak.
Pelatihan itu sendiri masih berlangsung hingga hari ini (25/01-18).
Kegiatan kolaborasi HAkA dan WRI Indonesia ini mendapatkan antusiasme dari
sebagian besar peserta yang hadir. Yusriza Agustian dari KPH 3 menilai
teknologi ini bakal bermanfaat untuk kerja sehari-harinya sebagai informasi
awal mereka melakukan patroli pemantauan kerusakan hutan.
Hal itu juga diamini oleh semua peserta dari 5 instansi
pemerintah. Sri Wahyuni dari KPH 5 menyampaikan bahwa ada keterbatasan jaringan
internet di area kerjanya di Gayo Lues sehingga dia khawatir akan terkendala
memanfaatkannya.
(Canon)
Keterangan foto :
GIS Spesialist dari Yayasan HAkA Agung Dwi Nurcahya, ketika menyampaikan
materi pelatihan (25/01-18).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar