Banda Aceh -
ZSAN
Rafli
Kande salah seorang Penyanyi Etnik Asal Aceh dan juga anggota DPD RI selepas melantunkan lagu diiringi Kiki Keyboard
ketika ditemui Redaksi ZSAN di Waroeng
Kande miliknya di Banda Aceh mengatakan, Wisata di Kota Sabang seharusnya lebih
mengedepankan Cita Rasa Tradisi atau Re Naturalisai yang telah menjadi Fase
Dunia, ujarnya baru-baru ini.
Dikatakan
bahwa, disetiap Gampong-gampong seharusnya didirikan Resort dan ada Home stay –
home stay yang dikelola oleh Gampong, dan disitulah mulai hidup dia, dan akan
terbangun karakter dalam suasana karakter ke Acehan. Jadi kalau ada dikatakan
orang bahwa di Sabang ada Aulia 44 bukan seremoni, tetapi ada Horizontal dan
ada Vertikal yang tersambung kebebiasaan keseharian masyarakat Sabang.
Kemudian,
mini Resort yang dikelola disetiap Gampong ada home stay dan segala macam
lainnya perlu dibangun, dengan demikian dalam jangka waktu lima tahun akan
terbangun karakter dan nantinya setiap orang akan masuk ke fase Re-Naturalisasi
dan merindukan yang Natural, kata Rafli.
Diterangkannya,
Kande telah memulai dengan mengemas sauatu roh naturalisasi yang dikemas dalam
bentuk modern, dinamis dan enak disajikan, intelek musikalnya dan menjadi satu sajian
etnik musik. Musik Philip atau musik Gampong punya cita rasa yang mengglobal,
mendunia, dan itu yang kita kemas selama ini. Jadi yang kita kemas bukan penyanyi
dangdut karena itu bukan menjadi santapan para turis asing kala berwisata.
Setelah
ini terbentuk, ketika malam jumat setiap orang tua dipanggung mereka itu
dijadikan satu kegiatan keseharian Meratep, Dalla’eh, Sedati dan seni tradisi
lainnya. Kegiatan tersebut harus menjadi suatu kegiatan rutin yang diwajibkan disetiap
Gampong, meskipun kegiatan tersebut tanpa adanya penonton, jelas nya.
Lebih
lanjut Rafli mengatakan, kalau kegiatan tersebut sudah menjadi satu kegiatan
keseharian maka sudah menjadi satu cita rasa. Dan ketika ada kunjungan kapal
pesiar, mereka akan berkeliling melihat apa saja kegiatan yang kita sajikan
kepada mereka disetiap Gampong.
Dengan
demikian, Kota Sabang akan menjadi terkafer menjadi Berkesenian, Tradisi, Etnik
sampai Modern, setelah itu baru kita undang tamu dari luar negeri untuk tampil
pada Salam Musik Philip. Hal tersebut telah dialami Kande saat tampil di London
(Inggris) seluruh Negara Muslim turut tampil dan ditonton oleh jutaan orang,
dan even tersebut selalu ditunggu setiap tahunnya oleh setiap Negara Muslim,
ujar Rafli.
Fafli
Kande pada keterangan Persnya juga menegaskan bahwa, “ jangan seperti kegiatan Regata yang dilaksanakan di Sabang, hanya empat
kali even Regata dilaksanakan dan selanjutnya ditutup. Hal tersebut karena
tidak ada Orientasi disebabkan tidak dilibatkannya Lokalisdem atau Konseptor Lisdem,
sehingga habis uang negara tanpa hasil yang jelas “.
Padahal
saya juga ikut mendorong kebijakan kegiatan tersebut, namun disaat Eksekutor,
saya tidak turut dilibatkan. Tiba pelaksanaan Even Sabang Marine Festival tidak
menjadi rasa apa-apa, asal saja. Even Jazz For Sabang juga asal saja kegiatannya,
semua orang benci dan masyarakat Sabang saja benci melihatnya, tukas Rafli
Kande.
Begitu juga dengan Even Sabang Marine Festival, Jazz
For Vestival Sabang juga demikian, apalagi Sabang Fair dan acara SAIL Sabang tidak
tersentuh di hati masyarakat. Yang paling miris adalah, setelah selesainya
acara SAIL Sabang, selesai juga Penerbangan Garuda dan Lion Air atau dengan
kata lain ditutup. Hal ini menunjukkan Indikator tidak maju, karena berbagai
even yang direncanakan tanpa adanya Orientasi.
Ditegaskan,
hari ini tidak bisa lagi dilakukan hal-hal seperti itu, oleh karena itu maka seluruh
siswa/i kini diwajibkan paham akan seluruh Seni-seni Tradisi seperti, Sedati Saman,
Ratep Meusekat, Rafa’i Releng serta semua Seni Tradisi yang ada di Aceh. Dan pada
setiap hari Minggu, para Siswa/i akan dilepas pada setiap pantai, untuk melaksakan
kegiatan Seni Tradisi, selanjutnya baru disana dibangun Stage-stage kecil. Untuk
kesemua kegiatan Seni Tradisi tersebut, keseluruhan biayanya ditanggung oleh
Pemerintah Daerah.
Kalau
hal yang demikian tidak dilakukan, mau dibawa kemana masyarakat Sabang yang
jumlahnya lebih dari dua puluh ribu jiwa yang berdiam di dua kecamatan padahal,
Dana yang dimiliki oleh Pemerintah Daerah cukup banyak.
Rafli
juga mengatakan, Saya selalu siap membantu kebijakan untuk Kota Sabang namun,
disaat Eksekusi saya selalu ditinggalkan. Perlu diketahui bahwa, kita itu punya
uang yang sangat banyak, BPKS punya uang, Pemko juga punya uang dan disetiap Desa
ada Dana Desa, mau dibawa kemana uang tersebut, dan selalu habis nggak ada
artinya.
Mengenai
Pelabuhan Bebas dan Perdaganngan Bebas Sabang, sekarang ini tidak perlu kita
bicarakan dulu, karena yang terpenting sekarang ini adalah mengenai ketahanan masyarakat
Sabang. Kalaupun kita kaya raya sekarang ini mau dibawa kemana, ada tidak
kedamaian dalam kehidupan, ada tidak kita Happy dalam kehidupan, serta hidup
berkecukupan dan anak-anak bisa bersekolah.
Rafli
juga prihatin terhadap Sabang, karena terlampau besar dan jauhnya kita
bercita-cita sehingga yang dekat kita tinggalkan, padahal yang paling
berpotensi adalah yang dekat jadi harus kita manfaatkan. Kemudian BPKS, begitu
sedihnya kita karena besarnya dana yang dikorupsi hingga mencapai 339 Milayar,
jadi mental kita mau jadi gimana.
Jadi
hari ini saya mau BPKS harus bisa mengelola satu Big Resort yang paling gede,
disana dibangun Mesjid yang paling cantik. Kalau kita lihat di daerah wisata
Iboih saja tidak ada dibangun Mesjid yang paling cantik, jadi itu harus jadi
prioritas yang mesti dibangun. Nilai itu yang paling penting harus dibangun,
tidak bisa kita lari dari nilainya, yang mesti kita bangun adalah cita rasa
Islamnya, katanya.
Hal
tersebut harus kita kedepankan, semakin itu kita tampilkan mereka akan semakin
rindu, jadi BPKS harus mengedepankan hal tersebut. Seperti yang kita lihat para
turis yang datang dengan kapal pesiar, mereka banyak yang tidak turun karena
tidak adanya Cita Rasa. Tidak adanya suasana keseharian karena suasana Cita
Rasa Tradisi atau Re Naturalisai, karena hal tersebut sudah menjadi Fase Dunia.
Karena
telah menjadi Fase Funia maka titik modernnya sudah pada level yang paling
tinggi sehingga titik jenuhnya telah memuncak. Oleh karena itu yang diperlukan
oleh mereka adalah Back to Basick yaitu Re Naturalisasi. Jadi yang kita perlukan
sekarang ini adalah membuat Seminar Seni Tradisi yang akan kita terapkan di
masyarakat, tukas Rafli.
Awal
saya di DPD RI, saya mengajak bangkitkan Seni Budaya, namun tidak ada yang mau
ikut, sehingga saya berfikiran buntu. Jadi mau mencari kemana lagi Referensi membuat
Seni Budaya besar yang bertaraf Internasional. Sementara tari Saman kini telah
mendunia, seperti yang kita saksikan bersama baru-baru ini paada acara puncak Asian
Games.
“Coba kita lihat
kegiatan Pekan Kebudayaan Aceh (PKA) yang begitu besar dan menghabiskan dana
mencapai 72 Milyar, untuk tingkat Nasional saja tidak Viral. Padaahal Aceh
telah terbuka Isolasi oleh Dunia, Ronaldo saja sudah datang ke Aceh, Jacky
Chan, Bill Clinton, Kopi Anan, George Soros juga sudah ke Sabang “
Seharusnya
ajang PKA yang lalu, diberitahukan kepada para masyarakat dunia dengan Progres
awal sejak runtuh oleh Tsunami dan empat belas tahun yang lalu kita Update
kepada mereka kita kemas dalam bentuk Video Pra Tsunami dan kondisi Aceh sekarang
ini. Dengan ucapan terimakasih atas bantuannya dan kita undang untuk mengikuti perayaan
besar PKA, dan mereka akan datang sendiri dengan dana sendiri, pungkas Rafli
Kande.
(Eddy Christian
Sujono)
Keterangan
Foto :
Beberapa
foto Rafli Kande di Waroeng Kande Batoh Banda Aceh
Tidak ada komentar:
Posting Komentar